Jumat, 24 Februari 2012
Pak Mario khan berasal dari keluarga yang bersahaja, apakah ada perasaan minder?

Ya, dan bahkan pada beberapa kesempatan menjadi sangat menyiksa dan membatasi kebebasan mental saya?

Maksudnya?

Saya bahkan malu melihat bayangan diri saya di kaca toko, saat saya berjalan di Pecinan di kota Malang. Meskipun sekarang terasa agak aneh, tapi saat itu saya malu melihat diri saya yang miskin itu.

Kapan itu Pak?

Oh, saat saya kelas 6 SD.

Apakah ada keinginan untuk menjadi orang kaya, waktu itu?

Tidak ada. Tidak terpikir bagi saya bahwa saya berhak dan bisa menjadi orang yang mampu membiayai kehidupan yang baik.

Apakah itu lazim dirasakan oleh orang yang lemah ekonominya?

Ya. Banyak orang miskin, termasuk saya sendiri saat itu, telah demikian lama di-minder-kan oleh kekurangan, sampai tidak merasa berhak untuk mencapai kesejahteraan.

Sampai segitunya ya Pak?

Ya. Suatu sore, saya berjalan di warung bakso, di Pecinan juga, saya melihat bayangan diri saya yang lusuh, dan ada pertanyaan di hati saya yang muda dan galau itu: "Apakah aku akan pernah duduk di dalam dan makan bakso yang kelihatannya mahal dan enak itu?"

Terus, bagaimana Anda naik kelas dalam rasa percaya diri, dari ke-minder-an seperti itu, menjadi pembicara publik seperti sekarang ini?

Hmm … itu sebuah perjalanan yang panjang sekali.

Berapa panjang?

Dari kelas 6 SD, … 43 tahun.

42 tahun?

Ya. Saat itu saya 12 tahun, sekarang 55 tahun.

Jadi untuk sukses itu lama ya Pak?

Bukan lama, tapi sepanjang hidup.

Khoq bisa begitu?

Keberhasilan itu bukan kualitas satu hari, satu minggu, atau satu tahun. Keberhasilan adalah kualitas kehidupan, bukan keadaan di satu saat saja.

Apakah itu seperti ungkapan, bahwa "Mempertahankan rekor, lebih sulit daripada memecahkan rekor?"

Ya. Karena untuk berhasil satu hari - itu sangat mudah, jika dibandingkan dengan keharusan memelihara keberhasilan sepanjang hidup.

Apakah kita harus berhasil sepanjang hidup?

Tidak harus, pada awalnya. Tapi jika bisa, berhasillah semuda mungkin. Lalu tetaplah berhasil sampai akhir hayat.

Hmm … saya tidak pernah terpikirkan sampai sejauh itu.

Yah … saya dulu juga tidak terpikir. Itu baru saya mengerti setelah hidup beberapa puluh tahun.

Jadi saya untung dong, Pak? Sudah tahu sejak muda, karena diberitahu Pak Mario.

Ya. Berterima kasihlah kepada Tuhan. Saat saya muda dulu, tidak ada motivator yang menyelenggarakan pelayanan publik yang luas, dan cuma-cuma - lagi.

Kembali ke soal minder. Bagaimana awalnya Pak Mario menemukan anak tangga naik yang pertama - menuju rasa percaya diri yang kuat.

Saat saya memenangkan beasiswa untuk pertukaran siswa SMA ke Chicago, Amerika, pada tahun ketiga SMA saya di Malang, sebetulnya sudah mulai ada suara-suara kecil di dasar hati saya yang meloncat-loncat girang memberitahu saya, bahwa saya bukan pribadi kelas gang kecil di Jalan Mergosono di Malang. Tapi kesahajaan hidup menyebabkan saya lamban bergembira merayakan kenaikan kelas.

Pak Mario sekarang melayani publik di seluruh dunia, motivator dengan Facebook fans terbesar di dunia, dengan lebih dari 12.5 juta instances atas nama Mario Teguh di Google, penyelenggara program TV nasional yang disiarkan via internet ke seluruh dunia, dan wirausahawan yang mandiri; apakah Anda sudah naik kelas?

Alhamdulliah, saya sudah diijinkan untuk lebih berwenang melayani sesama.

Apakah Pak Mario sudah meninggalkan kelas gang kecil di kampung?

Tidak. Saya masih Sis Maryono Teguh, anak Ibu Sitti Marwiyah dan Pak Gozali Teguh, yang insya Allah masih memelihara kepolosan hati Sis yang Mario Muda itu. Saya masih seperti yang dulu, … che ileee …, lebay.com

He he he …

Sikap apa yang Pak Mario gunakan untuk membuat kami yang muda ini merasa dekat dengan Anda?

Kalau saya ini kacang, saya tidak akan melupakan kulitnya.

Yang a-r-t-i-n-y-a …

Hidup ini tidak boleh sederhana.
Hidup ini harus hebat, kuat, luas, besar, dan bermanfaat.
Yang sederhana itu sikapnya.

Wah itu super sekali Pak? Apakah bisa diuraikan lebih rinci?

Hmm … apakah bisa kita teruskan nanti ya?
Saya ini sedang berada di mobil, dalam perjalanan kembali dari Bangung Jiwo - Bandung, menuju Jakarta.

Sama siapa Pak?

Sama siapa lagi? Yah, dengan Ibu Linna?!

Nyetir sendiri?

Yang bener aja. Pikir sendiri dong. Lha ngetik dan posting tulisan ini di MTFB ginama caranya?

Oh ada supir?

Bukan, Car Pilot. Namanya Pak Gatot.
Dia partner pelayanan publik saya. Tanpa dia, tulisan ini tidak akan cepat menemui Super Fans MTFB di seluruh dunia.

Oh, cara pandang Pak Mario begitu ya?

Ya, di hadapan Tuhan, setiap jiwa sama indahnya.

Terus?

Kita sambung nanti …, jangan mancing-mancing begitu.
Saya post ini dulu ya?

Stay super!

Mario Teguh - Loving you all as always

0 komentar:

Blog Archive

About Me

Popular Post

Followers

Visitor

Blog Archive

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail